Selasa, 02 Juni 2009

Sekolah Etika Politik



Latar Belakang
• Politik senantiasa identik dengan kekuasaan dan “kejahatan” serta kekerasan, sehingga memungkinkan seseorang untuk selalu sikut-menyikut dalam semua arena perebutan.
• Bahkan yang paling menyedihkan adalah bahwa politik selalu berimpitan dengan perebutan kekuasaan. Dan kekuasaan identik dengan uang, bahkan kematian banyak orang, karena politik juga identik dengan pertarungan dengan model machiavelian.
• Politik yang pada awalnya memiliki makna luhur untuk mencerahkan dan mensejahterakan masyarakat, berubah menjadi “monster” berwatak jahat dan pemangsa manusia. Rakyat banyak tidak lebih sebagai makhluk yang setiap saat harus rela dikebiri dan dibantai hasrat kesejahteraanya. Rakyat hanya boleh melihat dan meminta tetapi belum tentu dikabulkan oleh para politisi berwatak jahat.
• Hal itu karena politik tidak lagi memiliki kesantunan (fatsoen) yang bisa menghargai perbedaan, keragaman dan proses yang demokratis. Politik berjalan di atas roda dan rel yang sangat menindas dan penuh dengan kekerasan-kekejaman pada publik (rakyat).
• Politik dalam makna yang demikian bahkan cenderung meminggirkan masyarakat dan mengorbankan orang yang dianggap sebagai “lawan politiknya”. Kerjasama dan negosiasi tidak berjalan dengan normal sehingga selalu menabrak norma-norma etika (moral) politik.
• Politisi akhirnya bergeser seakan-akan menjadi musuh rakyat, menjadi musuh sesama politisi dan yang lebih mengerikan adalah tidak memiliki karakter yang memadai untuk memimpin sebuah perubahan bangsa. Rakyat menjadi “emoh” pada politik dan politisi. Fenomena maraknya apatisme politik dengan Golput menunjukkan jika fatsoen politik sudah mulai ditinggalkan para politisi dan para elit politik di negeri ini. Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
• Etika politik dan fatsoen-fatsoen politik tidak boleh terus dilupakan, sementara pertarungan merebut kekuasaan dan uang menjadi ajang yang paling sempurna. Oleh karena itu, perlu rumusaan etika politik agar bangsa ini bisa menjadi bangsa yang beradab, maju dan lebih cerdas di masa depan

Tujuan
• Menggali khazanah etika politik dalam tradisi politik kontemporer
• Memberikan pijakan pada para politisi, pengambil kebijakan untuk menerapkan kesantunan-kesantunan politik dalam bertindak dan mengambil kebijakan
• Memberikan ruang untuk saling belajar antar politisi di Indonesia
• Memberikan ruang untuk berdiskusi dan kemampuan mengapresiasi atas perbedaan dan keragaman dalam praktik politik Indonesia
• Berfikir kritis, mandiri, dan menghargai adanya perbedaan dalam pilihan, metode dan praktek politik

Materi Kuliah
• Etika-Moral sebagai Landasan Politik
• Solidaritas Sosial sebagai Politik
• Rekayasa Menuju Keadilan Sosial
• Rasionalitas Nilai dalam Politik
• Hukum sebagai Etika Politik
• Komunikasi sebagai Etika Politik
• Negosiasi sebagai Etika Politik
• Kekuasaan dalam Etika Politik

Pengajar
• Dr. Haryatmoko, SJ
• Dr. GP. Sindhunata, SJ
• Dr. Sugeng Bayu Wahyono
• Prof. Dr. Heru Nugroho
• Prof. Dr. Musa As’yarie
• Budi Santoso, LLM
• Dr. Lukas Ispandriarno
• Lambang Trijono, MA