Minggu, 19 April 2009

SEMANGAT PENJUAL BATAGOR

Matahari begitu menyengat. Pak Tin bersemangat mendorong gerobak batagornya, memasuki halaman SD Nayan.
Hari itu adalah hari pertama berjualan dengan gerobak baru. Gerobak itu dibuat setelah mendapatkan pinjaman dari devisi pemberdayaan PADMA. Ia senang, tetapi juga tak karuan hatinya. Maklum, setiap kali mulai berjualan, ia selalu menerka-nerka, “Ya…itu mbak, pertanyaannya selalu, ada yang beli nggak ya nanti?”
Jika jualannya tidak habis, maka batagor sisanya, jika sedikit, dimakan sendiri. Namun, jika masih banyak, ia berikan untuk makanan lele di kolam ikan tetangganya. Pagi itu, Pak Tin berbahagia. karena batagornya habis dibeli murid-murid SD. “Lega rasanya mbak. ” Saking senangnya, ia segera pulang. Uang 30 ribu rupiah sudah di tangannya di siang hari itu.
Pak Tin pun menyuruh istrinya untuk memasak batagor lagi. Tidak ada yang dapat menghentikan lajunya, begitupun dengan istrinya. “Sebenarnya, saya waktu itu capek, tapi saya tak tega mengendurkan semangatnya” cerita bu Suprihatin Dengan senyum lebar, usai sholat dhuhur, Pak Tin pun bergegas menjual batagor keliling desa nayan..
Pukul 15.00 WIB, Batagor di gerobak Pak Tin habis. Rizki nomplok didapatnya. Ia pun bergegas pulang dan menyuruh istrinya untuk membuat batagor lagi. “Benar-benar bersemangat suami saya, Jadi. Saya menuruti saja” Lanjut Bu Tin. Dan, sore itu juga, Pak Tin kembali berjualan, kali ini di dekat bandara Adisucipto. Sore itu, ternyata banyak anak-anak yang berekreasi melihat pesawat, dan habislah batagornya.
Pak Tin sangat puas dengan penghasilan hari itu. Tak seperti biasanya, ia mendapatkan laba sebesar 80 ribu rupiah sehari. Dan Istrinya pun bukan main senangnya. Tetapi, kesenangan itu tak lama. Pak Tin, sakit pada malam harinya, kecapean. Sakitnya, membuat dia tidak dapat berjualan selama tiga hari.
Itulah cerita bu Tin Suprihatin, pada pertemuan rutin di pendopo PADMA sore itu, Rabu, 15 April 2009. Sore itu berkumpul seluruh anggota pemberdayaanPADMA di desa Nayan. Pada tahap pertama ini, delapan orang pelaku usaha informal mendapatkan pinjaman lunak dari PADMA.
Delapan orang tersebut, didampingi dengan mengadakan pertemuan dua kali satu bulan. Setiap pertemuan akan membahas permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu, pelaku sector informal ini juga mendapatkan bimbingan tentang pembukuan, sehingga mereka mengetahui progres usaha.
Pertemuanpun ditutup dengan nasehat dari bu Tuminah kepada bu Tin, “Jangan terlalu ngoyo, yang penting kesehatannya dijaga.” ( Nur Izzah Millati-PADMA).